Rif’at Syauqi
Universitas Islam As-Syafiiyah
Sobat….. aku ingin berbagi secuil cerita, tentang pengalaman perjalananku
menuju Kepuluan Masalembu. Perjalanan ini dalam rangka penelitian tugas akhirku
untuk mendapatkan gelar sarjana dari sebuah Universitas swasta di Jakarta. Masalembu……….. tak
terbayang dalam benakku rupa pulau itu, yang aku tahu hanyalah cerita-cerita
tentang keganasan gelombang dan kejadian irasional lainnya yang sedikit membuat
jantungku berdeguk lebih kencang. Aku sangat beruntung karena tugas akhirku
mendapat dukungan sepenuhnya dari sebuah lembaga konservasi yang sudah 5 tahun
terakhir bekerja secara konsisten disana,
yaitu Konservasi Kakatua Indonesia (KKI).
Secara admistratif Kepulauan Masalembu termasuk dalam Kabupaten
Sumenep Jawa Timur. Kepulauan ini terletak ± 155 km sebalah utara pulau Madura
yang terdiri dari empat pulau yaitu Pulau Masalembu, Pulau Masakambing, Pulau
Kramian dan Pulau Kambing, dari keempat pulau hanya Pulau Kambing yang tidak
berpenghuni. Pengambilan data burung yang akan dilakukan hanya di Pulau
Masalembu dan Pulau Masakambing.
Kepulauan Masalembu merupakan pulau yang masih sangat sedikit
dieksplorasi keanekaragaman hayatinya. Hal itu yang mendorong aku meluncur ke pulau antah
brantah itu untuk pengambilan data keanekaragaman jenis burung disana. Penelitian
ini pun memulai ceritaku disana, sejak 5 Maret 2013, atau bertepatan dengan
tanggal 22 rabiul akhir 1434 H, pengalamanku pun menjadi bertambah. Petualanganku
dimulai dengan perjalanan menuju bandara Soekarno Hatta dan terbang menggunakan
transportasi udara menuju Surabaya.
Sesampainya di Surabaya perjalanan menuju Kepulauan Masalembu akan dilanjutkan
dengan menggunakan transportasi laut menggunakan kapal perintis di Pelabuhan
Tanjung Perak. Sayangnya perjalanan menuju Masalembu harus tertunda karena
kapal perintis KM Sukaria tidak diijinkan berangkat karena alasan cuaca buruk. Dengan
hati gundah, setelah 4 hari menunggu tanpa kepastian di Surabaya, akhirnya pada
hari jumat tanggal 8 Maret kapal diperbolehkan berangkat juga dengan menempuh
waktu selama 16 jam.
Sabtu 9 Maret, tepat pukul 10.00 WIB, kapal yang
aku tumpangi akhirnya merapat di pulau terbesar dan sekaligus menjadi pusat
kota Kecamatan Masalembu. Begitu menapakkan kaki di darmaga, aku sudah ditunggu
oleh kak Dudi dan kak Dwi dari Konservasi Kakatua Indonesia (KKI), dan
perjalanan pun belum berakhir karena harus melanjutkan kembali menuju pulau
Masakambing dengan perahu yang biasa disebut ’taksi’ (transportasi antar pulau)
selama 2 jam.

Lelahnya perjalanan rasanya terbayar sudah
setelah menjejakkan kaki dan melihat keindahan laut, angin pantai dan keramahan
masyarakat pulau Masalembu dan Masakambing. Hari pertama berada di pulau Masakambing
aku berkeliling melihat dan merasakan suasana pulau yang hangat, sepi dan
tenang dari hiruk pikuk kendaraan, gedung bertingkat dan polusi yang menyesakan
dada, dan mataku seakan kembali di refresh
dengan hamparan birunya laut dan hijaunya kebun. Pulau Masakambing merupakan
bagian dari Kepulauan Masalembu yang luasnya ± 500 ha dan didiami oleh 1400
jiwa (2008). Lahan pulau ini hampir 80% telah dikonversi menjadi lahan
pertanian yang didominasi perkebunan kelapa dan dengan luas yang kecil terdapat
beberapa perkebunan jagung, jambu mente, cengkeh dan perkebunan jati. Tepian
pulau masih dibentengi oleh hutan mangrove yang masih cukup tebal namun tak
dipungkiri mengalami kebotakan di sana sini akibat tambak yang kini tak
terurus.
Dalam pengambilan
data burung di Pulau Masakambing dan Masalembu, aku menggunakan metode Transect dengan 5 jalur pengamatan
disetiap pulaunya. pengamatan dilakukan pagi hari pukul 05.00 - 09.00 dan sore
pukul 15.30 - 17.30. Kurang lebih satu bulan pengamatan dilakukan di Pulau Masakambing
dan kemudian pengambilan data burung dilanjutkan di Pulau Masalembu, sebelum
kembali ke Jakarta.
Sangat kontras sekali dengan keadaan di
Masakambing, dengan luasan pulau Masalembu yang lebih besar sekitar 2000 ha dan
jumlah penduduk yang cukup padat yaitu 20.000 jiwa (2008). Pulau yang menjadi
pusat kota ini, dijejali dengan rumah-rumah pemukiman yang padat. Hampir seluruh
wilayah pulau Masalembu telah terkonversi menjadi lahan pertanian dan
pemukiman. Hutan mangrove yang tersisa hanya berada disebelah utara pulau
dengan kondisi yang rusak. Disisi tenggara pulau ini terdapat pantai yang cantik
berhias pasir putih, masyarakat disana menyebutnya ’Pantai Masnah’. Pantai yang
cukup landai dengan pasir putih yang menggoda, ditambah lagi rindangnya cemara
laut dan pohon akasia, menambah sejuk dan indah pantai ini. Tidak jauh dari
pantai Masnah terdapat bekas landasan pesawat terbang yang kondisinya sudah
menjadi padang rumput dan lahan pertanian.
Hasil pengamatanku
dikedua pulau Masakambing dan Masalembu dijumpai 60 jenis burung dari 17 suku, dimana 46 jenis
dijumpai di Pulau Masakambing dan 39 jenis di Pulau Masalembu. Kemudian tercatat
14 jenis burung hanya dijumpai di Pulau
Masalembu dan 20 jenis hanya ada di Masakambing dan 26 jenis lagi jumpai dikedua pulau (list lengkap jenis-jenis
burungnya dapat dilihat diakhir tulisan ini).
Tercatat tiga
jenis burung yang paling melimpah keberadaannya dikedua pulau yaitu Kacamata
laut (Zosterops chloris), Cekakak
sungai (Halcyon chloris) dan Burung
madu sriganti (Cinnyris jugularis).
Ketiga jenis ini dapat dijumpai diseluruh wilayah pulau, bahkan jenis kacamata
laut pernah tercatat masuk kedalam rumah. Pengalaman yang paling menyenangkan adalah
pengamatan bisa sangat dekat dengan ketiga jenis burung tersebut. Kekagumanku
makin bertambah, karena ditempat lain sangat sulit mendekati ataupun menjumpai
jenis burung kacamata dan cekakak, tapi disini sangat berlimpah dan dapat mengamati dengan mata telanjang, disemua
tempat dan punya banyak kesempatan untuk memotret jenis tersebut dengan begitu dekat
dan berbagai moment cantik.

Jenis yang menjadi
primadona di Kepulauan Masalembu yaitu Kakatua kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea abbotti) merupakan anak
jenis yang paling langka dan terancam punah dengan status Critically Endangered (IUCN) dan Appendiks I (CITES). Selama pengamatan menggunakan metode Transect dijumpai 17-24 individu hidup anggun dan cantik meramaikan
pulau ini. Mengamati kakatua terbang bebas dengan indahnya sambil berteriak-teriak
dengan suara yang keras merupakan pengalaman yang sangat berharga untukku. Disamping
itu perilaku mengagumkan kakatua lainya yaitu pada saat sedang makan buah
kelapa, dengan mudah kakatua mengupas dan melubangi kulit buah kelapa yang
keras hanya kurang dari 5 menit saja dan langsung melahap daging buahnya. Kakatua
sering terlihat bergerombol terutama pada pagi hari bertengger dalam satu pohon
dengan jumlah 4 sampai 9 ekor. Saat ini ancaman keberadaan Kakatua di Pulau
Masakambing secara langsung sudah sangat berkurang bahkan nyaris hilang, kini
hanya ancaman-ancaman yang bersifat tidak langsung saja seperti penebangan
pohon, pengambilan kayu bakau yang menjadikan habitat dan pohon penting bagi
kakatua menjadi berkurang.
Banyaknya jenis burung yang dijumpai di pulau Masakambing
dan Masalembu menandakan bahwa kedua pulau ini merupakan pulau unik dan penting bagi burung. Walaupun saat ini kondisi
habitatnya masih mendukung dalam hal menyediakan sumberdaya yang dibutuhkan
oleh burung-burung yang terdapat dikedua pulau tersebut, namun peningkatan
jumlah penduduk, dan penurunan lahan hijau akan berbanding lurus dengan
penurunan jenis burung dan kualitas ekosistem secara keseluruhan. Dijumpainya
beberapa jenis pendatang (seperti burung migran) juga menunjukkan bahwa di pulau
Masakambing dan pulau Masalembu merupakan pulau transit yang cukup nyaman aman
dan mendukung segala kebutuhan hidupnya, terutama untuk mencari makan,
beraktivitas dan beristirahat. Oleh sebab itu, kondisi habitat dan jenis-jenis
burung yang ada di Kepulauan Masalembu perlu dijaga dan terus dilestarikan.
Pengalaman berharga ini tentu tidak akan aku
lupakan. Ucapan terima kasih pun tak luput aku persembahkan untuk KKI dan
seluruh masyarakat Masakambing dan Masalembu, khususnya kepada Bapak Wahyu
selaku Camat, Kepala Desa Masakambing – Bapak Ahmad Abbas, keluarga alm. Pak
Puraden, Pak Taufik Ilahi dan keluarga Pak Haji Hidjas di Masalembu yang telah
menerimaku dengan tangan terbuka. Terima kasih juga buat Dewi, yang terus
memberikan semangat dan dukungan untuk selesainya penelitianku. Yups, rasanya
dua bulan berada di Kepulauan ini tak cukup buatku, sehingga suatu saat aku
ingin kembali kesana.
Jenis-jenis Burung di Pulau Masakambing dan
Masalembu
Family
|
Jenis
|
Nama Indonesia
|
Ml
|
Mk
|
Fregatidae
|
1. Fregata
ariel
|
Cikalang Kecil
|
√
|
√
|
Ardeidae
|
2. Bubulcus
ibis
|
Kuntul Kerbau
|
√
|
|
|
3. Egretta
sacra
|
Kuntul Karang
|
√
|
|
4. Egretta
garzetta
|
Kuntul Kecil
|
|
√
|
5. Butorides
striata
|
Kokokan Laut
|
√
|
√
|
6. Ardeola
speciosa
|
Blekok Sawah
|
√
|
√
|
7. Ixobrychus
sinensis
|
Bambangan Kuning
|
√
|
√
|
8. Ixobrychus
cinnamomeus
|
Bambangan Merah
|
|
√
|
Anatidae
|
9. Anas
gibberifrons
|
Itik Benjut
|
√
|
√
|
Accipitridae
|
10. Pandion
haliaetus
|
Elang Tiram
|
|
√
|
11. Pernis
ptilorhynchus
|
Sikep Madu Asia
|
|
√
|
12. Elanus
caeruleus
|
Elang Tikus
|
√
|
√
|
13.Milvus
migrans
|
Elang Paria
|
√
|
√
|
14. Haliaeetus
leucogaster
|
Elang Laut Perut Putih
|
√
|
√
|
15.
Butastur liventer
|
ElangSayap Cokelat
|
|
√
|
16. Hieraaetus pennatus
|
Elang Setiwel
|
|
√
|
17. Hieraaetus kienerii
|
Elang Perut Karat
|
|
√
|
Falconidae
|
18. Falco moluccensis
|
Alap Alap Sapi
|
√
|
√
|
19. Falco tinnunculus
|
Alap Alap Erasia
|
√
|
|
20. Falco severus
|
Alap Alap Macan
|
√
|
√
|
Rallidae
|
21. Amaurornis phoenicurus
|
Kareo Padi
|
√
|
√
|
Charadriidae
|
22. Pluvialis
fulva
|
Cerek Kernyut
|
√
|
√
|
23. Charadrius
alexandrines
|
Cerek Tilil
|
√
|
|
24. Charadrius veredus
|
Cerek Asia
|
|
√
|
Scolopacidae
|
25. Numenius phaeopus
|
Gajahan Penggala
|
√
|
√
|
26. Limosa lapponica
|
Biru Laut Ekor Blorok
|
√
|
√
|
27. Heteroscelus brevipes
|
Trinil Ekor Kelabu
|
|
√
|
28. Tringa tetanus
|
Trinil Kaki Merah
|
√
|
√
|
29. Tringa stagnatilis
|
Trinil Rawa
|
|
√
|
30. Tringa glareola
|
Trinil Semak
|
√
|
√
|
31. Tringa
cinereus
|
Trinil Bedaran
|
√
|
√
|
32. Actitis hypoleucos
|
Trinil Pantai
|
√
|
√
|
33. Calidris
tenuirostris
|
Kedidi Besar
|
|
√
|
Laridae
|
34. Chlidonias hybridus
|
Dara Laut Kumis
|
√
|
|
Columbidae
|
35. Treron vernans
|
Punai Gading
|
|
√
|
36. Ducula rosacea
|
Pergam Katanjar
|
|
√
|
37. Streptopelia bitorquata
|
Dederuk Jawa
|
√
|
|
38. Streptopelia
chinensis
|
Tekukur Biasa
|
√
|
√
|
39. Geopelia striata
|
Perkutut Jawa
|
√
|
|
Psittasidae
|
40. Cacatua sulphurea
|
Kakatua-kecil Jambul-kuning
|
|
√
|
Cuculidae
|
41. Cuculus saturates
|
Kangkok Ranting
|
|
√
|
Apodidae
|
42. Hydrochous gigas
|
Walet Raksasa
|
√
|
|
43. Collocalia maximus
|
Walet Sarang Hitam
|
√
|
|
44. Collocalia esculenta
|
Walet Sapi
|
√
|
√
|
45. Apus pacificus
|
Kapinis Laut
|
|
√
|
46. Cypsiurus balasiensis
|
Walet Palem Asia
|
√
|
|
Alcedinidae
|
47. Halcyon chloris
|
Cekakak Sungai
|
√
|
√
|
48.
Halcyon sancta
|
Cekakak Australia
|
√
|
√
|
Meropidae
|
49. Merops leschenaultia
|
Kirik Kirik Senja
|
|
√
|
Coraciidae
|
50. Eurystomus orientalis
|
Tiong Lampu Biasa
|
|
√
|
Hirundinidae
|
51. Hirundo rustica
|
Layang Layang Asia
|
√
|
√
|
Hirundinidae
|
52. Hirundo tahitica
|
Layang Layang Batu
|
√
|
|
Pycnonotidae
|
53. Pycnonotus aurigaster
|
Cucak Kutilang
|
√
|
|
Oriolidae
|
54. Oriolus chinensis
|
Kepodang Kuduk Hitam
|
|
√
|
Artamidae
|
55. Artamus leucorynchus
|
Kekep Babi
|
|
√
|
Motacillidae
|
56. Anthus novaeseelandiae
|
Apung Tanah
|
√
|
|
Monarchidae
|
57. Hypothymis azurea
|
Kehicap Ranting
|
|
√
|
Nectariniidae
|
58. Cinnyris jugularis
|
Burung Madu Sriganti
|
√
|
√
|
Zosteropidae
|
59. Zosterops chloris
|
Kacamata Laut
|
√
|
√
|
Ploceidae
|
60. Passer montanus
|
Gereja Erasia
|
√
|
|
Catatan: Ml:
Masalembu dan Mk: Masakambing